
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI BARU MENGGUNAKAN
METODE WISATA ALAM UNTUK SISWA KELAS X SMA AL-FATAH SEMARANG
Disusun
guna memenuhi nilai Ulangan Tengah Semester Mata Kuliah Problematika
Pembelajaran Bahasa Indonesia SMP/SMA
Dosen
Pengampu Meilan Arsanti, M.Pd.
disusun
oleh
Siti Amirin D. I (34101300126)
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN
SAMPUL...................................................................................... i
DAFTAR
ISI...................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah...................................................................................... 3
1.3 Cakupan Masalah.......................................................................................... 4
1.4 Rumusan Masalah......................................................................................... 4
1.5 Tujuan............................................................................................................ 4
1.6 Manfaat......................................................................................................... 5
BAB
II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI.............................. 6
2.1
Kajian Pustaka.............................................................................................. 6
2.2
Landasan Teori.............................................................................................. 7
2.3
Kerangka Berpikir......................................................................................... 13
2.4
Hipotesis Tindakan........................................................................................ 14
BAB
III PEMBAHASAN................................................................................. 15
BAB
IV PENUTUP........................................................................................... 17
4.1
Simpulan....................................................................................................... 17
4.2
Saran............................................................................................................. 18
DAFTAR
PUSTAKA......................................................................................... 19
LAMPIRAN....................................................................................................... 20
Foto
Hasil
Wawancara
Surat
Keterangan Telah Observasi
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Menulis adalah kegiatan mengungkapkan gagasan, pikiran,
dan perasaan kepada orang lain secara tertulis. Menulis adalah suatu
keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak
langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain (Tarigan 1994:3).
Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang sangat penting dalam
lingkungan pendidikan. Dalam lingkungan pendidikan, keterampilan menulis bukan
hanya untuk diketahui saja, melainkan untuk dikuasai oleh siswa. Dengan
pembelajaran keterampilan menulis di sekolah, siswa akan memiliki kemampuan
untuk mengungkapkan atau mengapresiasikan gagasan (ide), pendapat, dan perasaan
yang dimiliki, sehingga daya pikir,imajinasi, dan kreativitas siswa dapat
berkembang.
Materi pengajaran Bahasa Indonesia terdiri atas dua
jenis, yaitu materi sastra dan materi bahasa. Pengajaran sastra mempunyai
peranan yang penting dalam membentuk watak, kepribadian, memperluas wawasan
hidup, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa pada siswa.
Karena dalam sastra banyak mengandung nilai-nilai kehidupan atau nilai moral
yang dapat dipetik dan diterapkan dalam kehidupan siswa. Dari pengajaran sastra
siswa dapat mengenal dan menikmati hasil karya sastra itu sendiri. Selain itu
dalam pengajaran sastra siswa dapat mengungkapkan ide, gagasan, ataupun
pendapat yang menjadi ekspresi siswa. Pengalaman-pengalaman siswa tersebut akan
memperkaya nuansa batin dan mampu mengubah pola pikir siswa yang dapat
mempengaruhi tanggapan siswa terhadap dirinya, alam sekitar, dan bahkan sang
pencipta-Nya.
Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006:240)
puisi merupakan salah satu kompetensi dasar yang menjadi bagian dalam standar
kompetensi kemampuan bersastra siswa kelas X Sekolah Menengah Atas. Standar
kompetensi tersebut mengaharapkan siswa mampu mengungkapkan pikiran, pendapat,
gagasan, dan perasaan dalam bentuk karya sastra menulis puisi baru dengan
memperhatikan bait, irama, dan rima. Adapun indikator yang akan dicapai adalah
mampu menulis puisi baru dengan memperhatikan bait, irama, dan rima.
Pada dasarnya pembelajaran sastra pada jenjang Sekolah
Menengah Atas ditekankan pada kemampuan memciptakan karya sastra Indonesia.
Dengan kemampuam menciptakan tersebut nantinya diharapkan siswa mampu
menghasilkan karya sendiri, yang selanjutnya mereka akan memperoleh manfaat
dari karya sastra yang diciptakannya. Karena secara langsung dan tidak langsung
siswa akan terbina kepribadiannya, perilakunya, dan budi pekertinya, selain itu
mereka akan memiliki sikap positif terhadap karya sastra yang diciptakan oleh
orang lain maupun terhadap karyanya sendiri.
Hasil wawancara dengan guru bahasa Indoneisa kelas X SMA
Al-Fatah Semarang menunjukkan bahwa proses mengajar dengan kompetensi dasar
menulis puisi baru kurang berhasil dan cenderung monoton. Di dalam mengajar
sastra puisi, teknik yang digunakan oleh guru monoton sehingga kurang
memotivasi siswa dan hal tersebut berdampak pada nilai yang dicapai siswa pada
materi menulis puisi masih rendah. Dalam menyampaikan materi pembelajaran
sastra terutama menulis puisi guru menyampaikan dengan metode ceramah saja
sehingga proses pembelajaran kurang menarik, meskipun terkadang ditengah-tengah
pelajaran diadakan permainan akan tetapi tetap saja pembelajaran dilakukan di
dalam ruang kelas dan tidak sepenuhnya melibatkan siswa secara aktif. Kepada
siswa guru menjelaskan terlebih dahulu tentang puisi kemudian guru memberikan
tugas kepada siswa untuk membuat puisi dan dikumpulkan. Pembelajaran puisi
seperti itu kurang mencapai hasil yang maksimal terlebih lagi fasilitas
elektronik seperti LCD dan Proyektor tidak disediakan oleh pihak
sekolah sehingga siswa hanya melaksanakan tugas dari guru akibatnya siswa
kurang kreatif dalam menulis puisi. Selain minat siswa, fasilitas, dan metode
kurang bervariasi, selama proses pembelajran seluruhnya dilakukan di dalam
kelas yang akibatnya bisa membuat jenuh siswa. Padahal di luar kelas masih
banyak media yang dapat digunakan sebagai media menulis puisi.
Berdasarkan permasalahan pembeljaran tersebut, solusi
penulis yaitu menggukan metode wisata alam
untuk pembelajaran penulis puisi. Karena
dalam pembelajaran menulis puisi siwa membutuhkan media yang luas dan
bebas, untuk itu metode wisata alam
adalah suatu cara pembelajaran yang menciptakan lingkungan belajar yang
efektif, dengan cara menggunakan unsur yang ada di alam atau lingkungan luar
siswa. Penulis mencoba membahasa masalah pengaplikasian metode wisata alam untuk meningkatkan
keterampilan menulis puisi baru pada siswa kelas X SMA Al-Fatah Semarang
berdasarkan problematika yang dialami.
1.2 Identifikasi
Masalah
Keterampilan menulis puisi baru siswa kelas X SMA
Al-Fatah Semarang masih rendah. Ada tiga faktor yang mempengaruhi rendahnya
keterampilan siswa dalam menulis puisi, yaitu faktor guru, siswa, dan metode
(fasilitas). Ketiga permasalahan tersebut peneliti dapatkan ketika melakukan
wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia ke sekolah.
1)
Faktor
Guru
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dapat menarik
kesimpulan bahwa rendahnya keterampilan siswa dalam menulis puisi dari faktor
guru adalah selama ini guru masih menggunakan metode ceramah dan pemberian
tugas dalam pembelajaran menulis puisi. Dalam penyampaiannya kedua metode
tersebut masih kurang efektif. Pembelajaran yang dilakukan guru masih bersifat
teoretis, meski terkadang menggunakan permainan yang objeknya siswa itu sendiri
namun guru tetap saja banyak berceramah. Guru hanya memberikan teori tentang
puisi dan memberikan tugas melalui LKS.
2)
Faktor
Siswa
Berdasarkan wawancara dengan guru bahasa Indonesia
peneliti mengamati dan menyimpulkan bahwa dalam pembelajaran tersebut siswa
kurang antusias dan cenderung pasif, hanya guru yang aktif melakukan pembelajaran.
Rendahnya keterampilan menulis puisi siswa dikarenakan siswa kurang berminat
dan tertarik pada pembelajaran menulis puisi, karena pembelajaran yang
dilakukan oleh guru membuat siswa bosan dan jenuh. Siswa merasa kesulitan dalam
menulis puisi karena siswa tidak tahu apa yang harus ditulis, akibatnya siswa
menyontek puisi yang ada di buku.
3)
Faktor
Media (fasilitas)
Berdasarkan penjelasan yang diberikan oleh guru bahasa
Indoneisa di sekolah Al-Fatah Semarang mengenai media pembelajaran atau lebih
tepatnya fasilitas pendukung pembelajaran masih sangat kurang.pada sekolah
tersebut belum tersedia fasilitas LCD
dan Proyektor sebagai sarana pendukung
pembelajaran untuk menyampaikan materi menggunakan media elektronik. Akibatnya
metode yang digunakan oleh guru masih terbatas pada buku penunjang. Dan
penyampaian materi masih monoton.
Bedasarkan identifikasi masalah tersebut, untuk itu
penulis menggunakan metode wisata alam
dalm pembelajaran tersebut sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan
keterampilan menulis puisi baru siswa kelas X SMA Al-Fatah. Dengan metode wisata alam diharapkan siswa lebih
banyak berperan aktif dalam pembelajaran, guru hanya sebagai fasilitator dan
pembimbing dalam pembelajaran tersebut. Dalam metode wisata alam siswa tidak hanya mendapat teori tentang puisi baru
melainkan juga dilatih membuat puisi dengan cara pembelajaran di luar kelas,
menggunakan alam sebagai objek pembuatan puisi secara langsung.
1.3 Cakupan
Masalah
Berdasarkan
identifikasi masalah tersebut maka cakupan masalah dalam makalah ini adalah
permasalahan kuranya motivasi dan rendahnya kemampuan menulis puisi baru siswa
kelas X SMA Al-Fatah Semarang yang akan ditingkatkan dengan menggunakan metode wisata alam dalam proses
pembelajarannya.
1.4 Rumusan
Masalah
Berdasakan
identifikasi masalah dan cakupan masalah tersebut maka rumusan masalah dalam
makalah ini yaitu bagaimana pengimplikasian metode wisata alam dalam proses pembelajaran guna meningkatkan
keterampilan menulis puisi baru siswa kelas X SMA Al-Fatah Semarang.
1.5 Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah tersebut maka tujuan dari makalah ini adalah untuk memaparkan
pengimplikasian metode wisata alam
dalam proses pembelajaran guna meningkatkan keterampilan menulis puisi baru
siswa kelas X SMA Al-Fatah Semarang.
1.6 Manfaat
Adapun manfaat yang
dapat diperoleh dari makalah ini meliputi manfaat teoritis dan praktis.
1)
Manfaat
Teoritis
Metode ini diharapkan bermanfaat untuk memberikan masukan
berupa pengetahuan tentang metode pembelajaran keterampilan menulis puisi
melalui metode wisata alam.
2)
Manfaat
Praktis
a. Bagi Guru
Metodeini dapat dijadikan alternatif pemilihan metode
dalam pembelajaran menulis puisis.
b. Bagi Siswa
Melalui metode wisata
alam siswa akan lebih mudah menemukan ide atau gagasan dalam menulis puisi
baru karena hal tersebut akan muncul ketika siswa tumbuh rasa senang dan
antusias. Rasa itu akan muncul ketika siswa biberi kebebasan dalam pengamatan
langsung terhadap sesuatu atau alam yang akan dijadikan objek dalam menciptakan
karya sastranya khususnya puisi.
c. Bagi Sekolah
Manfaat bagi sekolah sebagai penyedia fasilitas
pembelajaran yaitu dapat digunakan sebagai masukan untuk melengkapi fasilitas
yang ada di sekolah guna mendukung proses pembelajaran yang lebih efektif dan
efesien.
d. Bagi Peneliti
Dapat memperkaya wawasan mengenai penggunan metode wisata alam dalam pembelajaran. Dapat
pula digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian yang lebih baik lagi
atau yang lebih sempurna.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1
Kajian Pustaka
Penelitian mengenai
pembelajaran menulis puisi sudak banyak dilakukan, antara lain penelitian yang
dilakukan oleh Florenta Winda Herlina Pardede (2014), Saiful Bahri (2012), Sri
Wahyuni (2009), dan Aat Atijah (2012).
Florenta (2014)
dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh
Metode Karya Wisata Terdapat Kemampuan Menulis Puisi Kelas VII SMP Swasta
Yapendak Tinjowan, mengemukakan bahwa dengan penerapan Metode Karya Wisata
siswa lebih kreatif dan imajinatif dalam menulis puisi. Mereka dituntut untuk
mengamati keindahan alam di sekitar pantai kemudian menguraikannya ke dalam
puisi mereka dengan memperhatikan aspek-aspek yang menjadi penilaian dalam
puisi. Denagan berkaryawisata siswa lebih kreatif dalam menulis puisinya karena
mereka belajar langsung dari apa yang mereka lihat. Hal ini mengidentifikasi
bahwa pembelajaran menggunakan metode Karya Wisata berpengaruh dalam
meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas VII SMA Al-Fatah Semarang.
Dalam penelitian yang
dilakukan oleh Saiful (2012) yang berjudul Peningkatan
Kemampuan Menulis Puisi dengan Metode Kara Wisata Siswa Kelas VII-A MTs Wahid
Hasyim Balung-Jember, menyimpulkan bahwa metode karya wisata dapat meningkatkan
kemampuan menulis kreatif puisi. Dari hasil kegiatan yang dianalisis, kegiatan
studi pendahuluan menunjukkan bahwa siswa yang belum mencapai SKM sebanyak 14
siswa, jumlah siswa yang mencapai SKM sebanyak 6 siswa, dan nilai keseluruhan
masih belum mencapai SKM yakni rata-rata 64, 38, sedangkan pada siklus I jumlah
siswa yang mencapai skor sebanyal 13 siswa, dan nilai keseluruhannya masih
belum mencapai SKM yakni nilai rata-rata kelas 68,09. Oleh sebab itu siswa
diberi tindakan dengan menulis puisi dengan mnggunkan metode karya wisata.
Metode tersebut berhasil meningkatkan
kemampuan siswa dalam menulis puisi. Dengan demikian metode karya wisata
berhasil mengurangi jumlah siswa yang masuk dalam kategori kurang atau di bawah
SKM menjadi tuntas yakni 13 siswa.
Wahyuni (2009)
dalam skripsinya berjudul Peningkatan
Keterampilan Menulis Puisi Melalui Teknik Tandur Pada Siswa Kelas VIII SMP Dian
Kartika Semarang, menyimpulkan bahwa keterampilan menulis puisi siswa pada
siklus I memperoleh skor rata-rata 62 dengan kategori cukup, setelah dilakukan
pembelajaran siklus II rata-rata skor tes menulis puisi siswa meningkat sebesar
14,96. Rat-rata skor kelas pada tes siklus ke II mencapai 76,96 dan termasuk
dalam kategori baik. Selain itu setelah dilakukan pembelajaran menulis puisi
melalui metode kuantum teknik Tandur
terjadi perubahan perilaku siswa, dari perilaku negatif ke positif. Perubahan
terlihat pada perilaku siswa yang aktif dalam pembelajaran. Siswa tidak malu
dan grogi lagi saat bertanya dan mengemukakan pendapat.
Hampir sama dengan
penelitiannya Florenta (2014) dan Saiful (2012), penelitian Aat Atijah (2012)
yang berjudul Model Pembelajaran Menulis
Puisi dengan Menggunakan Teknik Dasar Tadabur Alam pada Siswa Kelas V SDN
Cimuncang I Kota Bandung, bedanya dalam penelitiannya Aat menggunakan
metode Tadabur Alam yaitu melalui
media tulis secara terorganisasi dan sistematik sehingga dapat dipahami oleh
pembaca. Dalam penelitiannya ini disimpulkan bahwa melalui media Tadabur Alam, manfaat yang diperoleh
adalah dapat meningkatkan minat, semangat, dan kreatif. Teknik Tadabur Alam dapat menghilangkan rasa
jenuh pada belajar siswa dan dapat memilih kata-kata yang dapat dipahami.
2.2 Landasan Teori
1.
Keterampilan Menulis Puisi
Menulis adalah kegiatan mengungkapkan gagasan, pikiran,
dan perasaan kepada orang lain secara tertulis. Menulis adalah suatu
keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak
langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain (Tarigan 1994:3).
Wicaksono (2014:10) mengatakan bahwa menulis merupakan
sarana mengembangkan dara pikir atau nalar dengan mengumpulkan fakta,
mengembangkannya kemudian menarik kesimpulan. Menulis juga dapat memperjelas
sesuatu kepada diri penulis karena gagasan-gagasan yang semula masih berserakan
dan tiada runtut di dalam pikiran dapat dituangkan secara runtut dan
sistematis. Melalui kegiatan menulis, sebuah gagasan akan dapat dinilai dengan
mudah.
Sedangkan pengertian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2008:219) menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang,
membuat surat dengan tulisan. Dengan demikian kegiatan menulis berarti
melahirkan apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dikehendaki, yang dituangkan ke
dalam bentuk tulisan.
Wiyanto dalam Kholifah (2006:20) menyatakan menulis puisi
sebenarnya mengungkapkan gagasan dalam bentuk puisi. Dalam menulis puisi kita
harus memilih kata-kata yang tepat, bukan hanya tepat maknanya, melainkan juga
harus tepat bunyi-bunyinya dan menggunakan kata-kata itu sedemikian rupa
sehingga menimbulkan kesan estetis.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa menulis adalah kegiatan mengungkapkan ide, gagasan, pikiran,
dan perasaan dalam bentuk tulisan. Menulis merupakan keterampilan berbahasa
unutuk berkomunikasi secara tidak langsung. Sedangkan menulis puisi adalah
kegiatan mengungkapkan ide, perasaan, gagasan kedalam bentuk tulisan
menggunakan kata-kata sedemikian rupa atau kata-kata yang indah sehingga
menimbulkan kesan estetis.
2.
Puisi
Puisi
merupakan jenis karya sastra yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Puisi merupakan rekaman
dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, digubah dalam wujud yang
paling berkesan. Mengacu
pada pendapat tersebut puisi mengungkapkan pemikiran penyair untuk
membangkitkan perasaan, merangsang imajinasi pancaindara yang dibuat dalam
suasana terindah. Oleh karenanya bahasa dalam puisis lebih didayagunakan untuk
memberi efek keindahan (Rachmat
Djoko Pradopo 2009:7).
Suminto
A. Sayuti Jabrohim (1985:12-13) mengatakan bahwa puisi
merupakan hasil kreativitas manusia yang diwujudkan lewat susunan kata yang
mempunyai makna. Susunan kata tersebut memiliki pola rima (persajakan)
tertentu. Berdasar pendapat tersebut, penyair dalam menciptakan puisi tak lepas
dari unsur-unsur yang membangun sebuah puisi.
Sejalan dengan pendapat Herman J Waluyo (1987:25) bahwa
puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan
penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan
bahasa dengan pengonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya. Puisi
dibangun oleh dua unsur pokok, yakni struktur fisik yang berupa bahasa yang
digunakan dan struktur batin atau struktur makna, yakni pikiran dan perasaan
yang diungkpakan oleh penyair. Kedua unsur itu
merupakan kesatuan yang saling jalin-menjalin secara fungsional.
Dari
berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa puisi adalah karya sastra
yang berupa ungkapan perasaan manusia, disunan dengan kata-kata indah dan
imajinatif dengan mengkonsentrasikan struktur fisik dan struktur batin.
3.
Struktur
puisi
Dalam menciptakan sebuah puisi
tidak terlepas dari unsur-unsur pembangun sebuah puisi. Herman J Waluyo (1987:25)
menyatakan bahwa puisi adalah bentuk
karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif
dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan
pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya.
Struktur fisik puisi terdiri atas
diksi, pengimajian, kata konkret, majas, versifikasi, dan tipografi. Sedangkan
struktur batin puisi terdiri atas tema, perasaan, nada dan amanat.
a. Struktur
Fisik puisi
v Diksi
Herman J Waluyo
(1987:72 ) mengemukakan bahwa penyair sangat cermat dalam memilih kata-kata
karena kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi bunyi
dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya dan
kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu.
v Pengimajian
Herman J Waluyo
(1987:78) menyatakan bahwa pengimajian dapat dibatasi dengan pengertian yaitu
kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris,
seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Melalui pengimajian, apa yang
digambarkan seolah-olah dapat dilihat(imaji visual), didengar (imaji auditif)
dan dirasa(imaji taktil).
v Kata
Konkret
Herman J Waluyo
(1987:81) mengungkapkan jika imajinasi pembaca akibat dari pengimajian yang
diciptakan penyair, maka kata konkret ini merupakansyarat atau sebab terjadinya
pengimajian itu. Dengan kata yang diperkonkret pembaca dapat membayangkan
secara jelasperistiwa atau kejadian yang digambarkan oleh penyair.
v Bahasa
Figuratif (Majas)
Herman J Waluyo
(1987:83) mengungkapkan bahwa bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan
penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara
tidak langsung mengungkapkan makna. Kata atau bahasanya bermakna kias atau lambang.
v Verifikasi
Verifikasi
terdiri atas rima, ritma, dan metrum. Marjorie Boulton dalam Herman J Waluyo
(1987:90)
menyebut rima sebagai phonetic form.
Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau
orkestrasi. Ritma berhubungan dengan bunyi dan juga berhubungan dengan
pengulangan bunyi, kata,frasa, dan kalimat. Slametmuljan dalam H. J. Waluyo
(1987:94) menyatakan bahwa ritma merupakan pertentangan bunyi: tinggi/rendah,
panjang/pendek, keras/lemah, yang mengalun dengan teratur dan berulang-ulang
sehingga membentuk keindahan. Sedangkan metrum H. J. Waluyo (1987:94)
menyatakan bahwa ritma puisi berbeda dengan metrum.metrum merupakan pengulangan
tekanan kata yang tetap dan metrum sifatnya statis. Metrum dalam puisi sulit
untuk ditentukan.
v Tata
Wajah (Tipografi)
Tipografi diartikan
sebagai tataran larik, bait, kalimat, frase, kata, dan bunyi untuk menghasilkan
suatu bentuk fisik yang mampu mendukung isi, rasa dan suasana puisi.
b. Struktur
Batin Puisi
v Tema
Herman J Waluyo
(1987:106) menyatakan bahwa tema adalah gagasan pokok atau subjeck-matter yang
dikemukakan oleh penyair melalui puisinya. Adri pendapat tersebut dapat
diketahui bahwa tema merupakan gagasan pokok yang dikedepankan penyair dalam
puisinya. Perasaan–perasaan yang diungkapkan merupakan penggambaran suasana
batin. Tema dapat terbagi menjadi bermacam-macam misalnya ketuhanan, cinta,
kesetiakawanan, patriotisme, perjuangan, kegagalan hidup, alam, keadilan,
kritik sosial, demokrasi, dan lain-lain.
v Perasaan
(feeling)
Herman J Waluyo
(1987:121) menyatakan bahwa dalam menciptakan puisi, suasana perasaan penyair
ikut diekspresikan dan harus dapat dikhayati oleh pembaca.
Puisi merupakan karya
sastra yang paling mewakili ekspresi perasaan penyair. Perasaan penyair
(feeling) adalah nuansa batin penyair yang diekspresikan dengan penuh
penghayatan sehingga puisi yang diciptakan
penyair terasa hidup, menyentuh rasa haru, dan menggetarkan pembaca.
Perasaan yang menjiwai puisi dapat berupa perasaan gembira, sedih, terharu,
terasing, tersinggung, patah hati, sombing, tercekam, cemburu, kesepian, takut
dan menyesal.
v Nada
dan Suasana
Sikap penyair kepada
pembaca disebut nada puisi. Herman J
Waluyo (1987:125) menyatakan bahwa nada
merupakan sikappenyair terhadap pembaca, maka suasana adalah keadaan jiwa
pembaca setelah membaca puisi itu atau akibat psikologis yang ditimbulkan puisi
itu terhadap pembaca.
v Amanat
(Pesan)
Heman
J Waluyo (1987:130) menyatakan bahwa amanat merupakan hal yang mendorong
penyair untuk menciptakan puisinya. Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair
dapat ditelaah setelah kita memahami tema, rasa, dan nada puisi itu.
4.
Metode Wisata Alam
Roestiyah (1991:85)
menyatakan bahwa wisata alam bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau
memperdalam pelajaran dengan melihat kenyataannya. Karena itu dikatakan metode
wisata alam atau karya wisata adalah cara mengajar yang dilaksanakan dengan
mengajak siswa ke suatu tempat atau objek tertentu di luar sekolah untuk
mempelajari sesuatu yang ada di alam.
Sejalan dengan
pendapat Roestiyah, Nana Sudjana (1987:87) mengatakan wisata alam adalah metode
mengajar mempunyai arti tersendiri yaitu berarti kunjungan ke luar kelas dalam
rangka belajar. Metode ini dilakukan di luar kelas, maka guru harus membimbing
dan mengawasi siswanya. Denagn menggunakan metode wisiata alam,diharapkan siswa
mampu mengamati objek-objek di sekitar mereka yang kemudian dituangkan ke dalam
bentuk tulisan. Tujuan dari metode ini diharapkan siswa dapat memperoleh
pengalaman langsung dari objek yang dilihatnya, dapat turut menghayati tugas
milik seseorang, serta dapat bertanya jawab. Mungkin dengan jalan demikian
mereka mampu memecahkan persoalan yang dihadapinya dalam pelajaran ataupun
pengetahuan umum, Roestiyah (1991:85).
Dari kedua pendapat
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa metode wisata alam adalah metode yang
dilakukan di luar kelas untuk mempelajari objek tertentu dalam rangka belajar.
2.3 Kerangka Berpikir
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
bahasa Indonesia, menulis puisi merupakan salah satu kompetensi dasar yang
harus dimiliki siswa kelas X Sekolah Menengah Atas (SMA). Namun keterampilan
menulis puisi pada siswa kelas X SMA Al-Fatah Semarang masih rendah.
Penyebab rendahnya keterampilan menulis puisi yaitu siswa
merasa kesulitan saat mencari ide dan menuangkan ide ke dalam puisi, hal itu
disebabkan kurang antusiasnya minat siswa tehadap puisi. Siswa belum mampu
dalam memilih diksi, rima, irama, dan bait. Hal tersebut ternyata berpengaruh kurang
baik terhadap siswa yang akhirnya membawanya pada kecurangan seperti menyontek
puisi karya orang lain atau menyuruh orang lain untuk membuatkan puisi hanya
untuk sekadar menyelesaikan tugas dari guru. Hal ini sebenarnya dapat dihindari
dengan cara memilih teknik ataupun metode yang tepat dalam membantu proses
pembelajaran, namun pada kenyataannya selama ini guru belum memanfaatkan teknik
ataupun metode yang ada dalam pembelajaran karena keterbatasan fasilitas dari
pihak sekolah.
Salah satu metode yang dapat dimanfaatkan oleh guru untuk
mengurangi masalah tersebut adalah dengan metode wisata alam. Metode wisata
alam merupakan pembelajaran yang menyenangkan. Metode ini dapat membantu
siswa dalam menemukan ide dan mengungkapkan ide ke dalam bentuk puisi. Dalam
hal ini pencarian ide bisa menggunakan berbagai pengalamannya baik itu
pengalaman yang baik ataupun buruk selain itu penemuan ide juga dapat diperoleh
berdasarkan pengamatan terhadap suatu benda atau peristiwa yang ditemukan oleh
siswa kemudian menuangkannya kedalam bentuk puisi.
Dalam pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan
metode wisata alam, siswa akan termotivasi
sehingga akan membangkitkan keantusiasan siswa untuk menulis puisi, karena
dalam metode ini siswa akan ditunjukkan puisi karya penyair terkenal dan juga
siswa akan diajak untuk membuat puisi secara bersama-sama dengan memanfaatkan
sebuah benda yang sedang diamati. Setelah siswa sudah dapat menciptakan puisi
dengan metode wisata alam, siswa akan
lebih mudah untuk memahami unsur-unsur yang terkandung dalam puisi.
Pembelajaran menulis puisi terutama puisi baru diharapkan dapat membangkitkan
motivasi belajar siswa, karena pembelajaran ini akan menempatkan siswa sebagai
subjek yang berperan aktif, selain itu juga memberi kebebasan kepada siswa
untuk berkreasi dalam mengungkapkan ide, gagasan, dan perasaan dalam kegiatan
menulis puisi sehingga dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis
puisi baru dengan memperhatikan bait, rima, dan irama.

2.4 Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan penelitian ini adalah setelah mencoba
menguraikan proses pembelajaran menulis puisi melalui metode wisata alam keterampilan menulis puisi
siswa kelas X SMA Al-Fatah Semarang diprediksikan dapat meningkat dan prilaku
siswa dalam pembelajaran menulis puisi baru mengalami perubahan positif karena
tumbuhnya motivasi dan keantusiasan siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis
puisi baru tersebut.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Implementasi Metode Wisata Alam dalam Pembelajaran
Menulis Puisi
Penggunaan model, teknik, dan metode yang tepat dalam
pembelajaran akan menimbulkan minat dan semangat siswa pada proses
pembelajaran. Dengan adanya semangat dan minat, maka dengan sendirinya
keantusiasan siswa itu akan muncul. Siswa akan dengan mudah dibentuk untuk
bersikap kreatif menulis khususnya menulis puisi, serta dibimbing unutk menulis
puisi dengan kaidah-kaidah dan struktur yang baik dan benar.
Pada proses pembelajaran menulis puisi ini, penulis
menggunakan metode wisata alam agar
dapat membantu siswa mencapai apa yang diinginkan atau tuntutan dari kurikulum
yaitu dapat menulis puisi baru dengan memperhatikan bait, rima, dan irama.
Sebelum diminta untuk membuat puisi siswa diberi motivasi atau semangat
terlebih dahulu bahwa membuat puisi itu mudah tidak seperti apa yang mereka
bayangkan. Untuk membangkitkan motivasi kepada siswa dalam pembelajaran puisi
adalah dengan cara mengarahkan siswa untuk mengenal tokoh-tokoh terkenal dan
sukses karena puisinya, selain itu juga mengenalkan karya-karya yang dihasilkan
dan juga memberikan contoh atau mengajak mereka membuat satu puisi secara
bersama-sama dengan dilengkapi penyampaian materi yang berkaitan dengan
pembelajaran puisi tersebut.
Sebelum siswa menulis puisi, terlebih dahulu diciptakan
atau menggali pengalaman umum yang dapat dipahami oleh siswa. Yaitu meyakinkan
siswa bahwa menulis puisi merupakan pekerjaan yang tidak sulit. Mereka bisa
menggunakan pengalaman yang mereka miliki baik itu pengalaman menyedihkan, mengharukan,
menyenangkan, mengecewakan, menakutkan, ataupun pengalaman yang lainnya, baik
itu disukai ataupun tidak, pengalaman orang lain ataupun diri sendiri, sebuah
benda atau apapun itu. Guru juga mengarahkan siswa untuk mengenal secara umum
hal yang berkaitan dengan puisi. Berupa pengertian puisi secara sederhana,
menurut para ahli atau bahkan menurut siswa itu sendiri setelah mengetahui
beberapa contoh puisi karya tokoh-tokoh terkenal, selain itu juga ada struktur
puisi yang meliputi diksi atau pilihan kata, bait, baris, rima, dan irama. Ada
juga unsur-unsur puisi yang meliputi unsur fisik dan unsur batin.
Dalam melakukan kegiatan tersebut siswa diajak keluar
dari zona nyaman (ruang kelas). Sesekali siswa diajak berkunjung ke suatu
tempat seperti musium, taman, pertunjukan budaya, kolam atau yang lebih dekat
dengan siswa, yang masih dalam lingkup sekolah atau lingkungan sekitar sekolah.
Siswa diajak ke sebuah taman ataupun kolam kemudian siswa mengamati apaun yang
ditemukan di sana. Siswa menggali atau menumbuhkan ide dan pengalaman serta
pengetahuan melalui apapun yang terdapat dalam lingkungan tersebut. Siswa
praktik menulis puisi berdasarkan apa yang diperoleh, diamati, dan yang ingin
diungkapkan.
Setelah siswa praktik menulis puisi, kemudian siswa
dengan arahan guru mengenal konsep puisi dan menamai bagian-bagian puisi yang
telah mereka tulis. Hal ini bertujuan agar siswa dapat lebih mengenal
unsur-unsur pembangun puisi yaitu larik, baris, bait, diksi yang dapat
memperindah puisi, rima, dan irama. Sehingga nantinya siswa dapat melakukan
pembenahan pada puisi yang telah dibuat tentu saja setelah puisi tersebut
dikomunikasikan atau dipublikasikan di depan kelas.
Langkah yang terakhir adalah mengkomunikasikan, yaitu
dengan cara memberikan kesempatan bagi siswa unutuk menunjukan atau membacakan
puisi hasil karyanya. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa mereka mampu
menulis puisi, mengenal unsur-unsur puisi serta teknik pembacaan puisi yang
telah ditulis. Kemudian memberikan kesempatan pada siswa lain untuk
mengutarakan pendapat atau komentar terhadap hasil karya temannya. Memberikan
kesempatan siswa untuk membenahi setelah membenahi siswa diberikan kesempatan
untuk menunjukkan karyanya dan juga menunjukkan bahwa mereka tahu dan berhasil
menulis puisi. Cara terakhir adalah mempublikasikan puisi dengan cara sederhana
yaitu dengan menempelkannya di majalah dinding (mading) sekolah agar puisi
karya siswa dapat dibaca oleh semua warga sekolah dan karya itu dapat dikenal.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Simpulan
Berdasrkan hasil observasi dan pembahasan dalam
penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut.
1.
Dalam
proses pembelajaran menulis puisi kelas X SMA Al-Fatah Semarang banyak sekali
problematika yang yang dialami mulai dari siwa, guru, hingga fasilitas sekolah
yang kurang memadahi. Permasalahan yang timbul dari siswa yaitu kurangnya
antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis puisi baru. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu ketidak minatan siswa terhadap
pembelajaran puisi, kurangnya motivasi siswa yang mengakibatkan anggapan bahwa
menulis puisi itu sulit. Permasalahan dari guru berupa teknik dan model
pembelajaran yang digunakan masih monoton (ceramah), penerapan permainan yang
kurang mengarah ke keterampilan menulis cerpen. Dan terakhir adalah
permasalahan dari sekolah sebagai fasilitator media atau alat penunjang
pembelajaran, yaitu kurangnya fasilitas berupa LCD dan Proyektor. Yang
mana alat tersebut sangat menunjang proses pembelajaran agar siswa tidak jenuh
dan bosan dengan pembelajaran yang monoton.
2.
Dari
berbagai masalah yang ada penulis berusaha memberikan solusi yang terbaik untuk
penunjang prosespembelajaran khususnya pembelajaran menulis puisi baru yaitu
dengan metode wisata alam. Metode ini
lebih menekankan pada proses pembelajaran di luar ruangan dengan tujuan
menghindari kejenuhan atau kebosanan siswa dari pembelajaran yang monoton,
memotivasi siswa, menanamkan anggapan siswa bahwa menulis puisi itu mudah serta
untuk meningkatkan keterampilan menulis puisi siswa kelas X SMA Al-Fatah
Semarang.
3.
Berdasarkan
penjelasan mengenai pengaplikasian metode wisata
alam pada proses pembelajaran menulis puisi, dapat disimpulkan bahwa dengan
metode pembelajaran wisata alam dapat
meningkatkan keterampilan menulis puisi siswa kelas X SMA Al-Fatah Seamarang
khususnya menulis puisi baru dengan memperhatikan bait, rima, dan irama.
4.2
Saran
Berdasarkan simpulan tersebut, saran yang diberikan yaitu
kepada guru Bahasa Indonesia agar lebih kreatif dan bersikap terbuka sehingga
proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Metode wisata alam dapat dijadikan sebagai salah satu metode pembelajaran
dalam menulis puisi. Selain itu saran kepada pihak sekolah supaya fasilitas
pembelajaran di ruang kelas seperti media elektronik dapat di sediakan dan
dilengkapi. Sehingga proses belajar mengajar menjadi efektif dan efision serta
dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Atijah, Aat. 2012. Model
Pembelajaran Menulis Puisi dengan Menggunakan Teknik Dasar Tadabur Alam pada
Siswa Kelas V SDN Cimuncang I Kota Bandung. Skripsi. STKIP Siliwangi
Bandung.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Kurikulum Standar Isi 2006:Mata Pelajaran
Bhasa Indonesia SD, SMP, SMA, SMK. Jakarta: Badan Standar Nasional
Pendidikan.
Bahri, Saiful. 2012. Peningkatan
Kemampuan Menulis Puisi dengan Metode Kara Wisata Siswa Kelas VII-A MTs Wahid
Hasyim Balung-Jember. Skripsi. Universitas Negeri Malang.
Jabrohim,
Suminto A. Sayuti. 1985. Cara Menulis
Kreatif. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Khofiyah, Umi. 2006. Peningkatan
Keterampilan Menulis Puisi Berbasis Pengalaman Pribadi melalui Pendekatan
Kontekstual Komponen Pemodelan pada Siswa Kelas VIII-A SMP Negeri 11 Semarang.
Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
Pardede, Florenta Winda Herlina. 2014. Pengaruh Metode Karya Wisata Terdapat
Kemampuan Menulis Puisi Kelas VII SMP Swasta Yapendak Tinjowan. Skripsi.
Universitas Sumatera Utara.
Poerwadarminta,
W. J. S. 2008. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Pustaka Jaya.
Pradopo,
Djoko Rachmat. 2009. Pengkajian Puisi.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Roesiyah dkk. 2001. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Tarigan, Henry Guntur. 1994. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Wicaksono, Andri. 2014. Menulis Kreatif Sastra: dan beberapa Model Pembelajarannya.
Jakarta: Garudhawacana.
Waluyo,
J Herman.1987. Teori dan Apresiasi Puisi.
Penerbit Erlangga: PT Gelora Aksara Pratama.
Wahyuni, Sri. 2009. Peningkatan
Keterampilan Menulis Puisi Melalui Teknik Tandur Pada Siswa Kelas VIII SMP Dian
Kartika Semarang. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar