Selasa, 10 Mei 2016

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI BARU MENGGUNAKAN METODE WISATA ALAM UNTUK SISWA KELAS X

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI BARU MENGGUNAKAN METODE WISATA ALAM UNTUK SISWA KELAS X SMA AL-FATAH SEMARANG
Disusun guna memenuhi nilai Ulangan Tengah Semester Mata Kuliah Problematika Pembelajaran Bahasa Indonesia SMP/SMA
Dosen Pengampu Meilan Arsanti, M.Pd.



disusun oleh
Siti Amirin D. I (34101300126)





JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2016
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL...................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1  Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2  Identifikasi Masalah...................................................................................... 3
1.3  Cakupan Masalah.......................................................................................... 4
1.4  Rumusan Masalah......................................................................................... 4
1.5  Tujuan............................................................................................................ 4
1.6  Manfaat......................................................................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI.............................. 6
2.1 Kajian Pustaka.............................................................................................. 6
2.2 Landasan Teori.............................................................................................. 7
2.3 Kerangka Berpikir......................................................................................... 13
2.4 Hipotesis Tindakan........................................................................................ 14
BAB III PEMBAHASAN................................................................................. 15
BAB IV PENUTUP........................................................................................... 17
4.1 Simpulan....................................................................................................... 17
4.2 Saran............................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 19
LAMPIRAN....................................................................................................... 20
Foto
Hasil Wawancara
Surat Keterangan Telah Observasi





BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Menulis adalah kegiatan mengungkapkan gagasan, pikiran, dan perasaan kepada orang lain secara tertulis. Menulis adalah suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain (Tarigan 1994:3). Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang sangat penting dalam lingkungan pendidikan. Dalam lingkungan pendidikan, keterampilan menulis bukan hanya untuk diketahui saja, melainkan untuk dikuasai oleh siswa. Dengan pembelajaran keterampilan menulis di sekolah, siswa akan memiliki kemampuan untuk mengungkapkan atau mengapresiasikan gagasan (ide), pendapat, dan perasaan yang dimiliki, sehingga daya pikir,imajinasi, dan kreativitas siswa dapat berkembang.
Materi pengajaran Bahasa Indonesia terdiri atas dua jenis, yaitu materi sastra dan materi bahasa. Pengajaran sastra mempunyai peranan yang penting dalam membentuk watak, kepribadian, memperluas wawasan hidup, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa pada siswa. Karena dalam sastra banyak mengandung nilai-nilai kehidupan atau nilai moral yang dapat dipetik dan diterapkan dalam kehidupan siswa. Dari pengajaran sastra siswa dapat mengenal dan menikmati hasil karya sastra itu sendiri. Selain itu dalam pengajaran sastra siswa dapat mengungkapkan ide, gagasan, ataupun pendapat yang menjadi ekspresi siswa. Pengalaman-pengalaman siswa tersebut akan memperkaya nuansa batin dan mampu mengubah pola pikir siswa yang dapat mempengaruhi tanggapan siswa terhadap dirinya, alam sekitar, dan bahkan sang pencipta-Nya.
Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006:240) puisi merupakan salah satu kompetensi dasar yang menjadi bagian dalam standar kompetensi kemampuan bersastra siswa kelas X Sekolah Menengah Atas. Standar kompetensi tersebut mengaharapkan siswa mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan dalam bentuk karya sastra menulis puisi baru dengan memperhatikan bait, irama, dan rima. Adapun indikator yang akan dicapai adalah mampu menulis puisi baru dengan memperhatikan bait, irama, dan rima.
Pada dasarnya pembelajaran sastra pada jenjang Sekolah Menengah Atas ditekankan pada kemampuan memciptakan karya sastra Indonesia. Dengan kemampuam menciptakan tersebut nantinya diharapkan siswa mampu menghasilkan karya sendiri, yang selanjutnya mereka akan memperoleh manfaat dari karya sastra yang diciptakannya. Karena secara langsung dan tidak langsung siswa akan terbina kepribadiannya, perilakunya, dan budi pekertinya, selain itu mereka akan memiliki sikap positif terhadap karya sastra yang diciptakan oleh orang lain maupun terhadap karyanya sendiri.
Hasil wawancara dengan guru bahasa Indoneisa kelas X SMA Al-Fatah Semarang menunjukkan bahwa proses mengajar dengan kompetensi dasar menulis puisi baru kurang berhasil dan cenderung monoton. Di dalam mengajar sastra puisi, teknik yang digunakan oleh guru monoton sehingga kurang memotivasi siswa dan hal tersebut berdampak pada nilai yang dicapai siswa pada materi menulis puisi masih rendah. Dalam menyampaikan materi pembelajaran sastra terutama menulis puisi guru menyampaikan dengan metode ceramah saja sehingga proses pembelajaran kurang menarik, meskipun terkadang ditengah-tengah pelajaran diadakan permainan akan tetapi tetap saja pembelajaran dilakukan di dalam ruang kelas dan tidak sepenuhnya melibatkan siswa secara aktif. Kepada siswa guru menjelaskan terlebih dahulu tentang puisi kemudian guru memberikan tugas kepada siswa untuk membuat puisi dan dikumpulkan. Pembelajaran puisi seperti itu kurang mencapai hasil yang maksimal terlebih lagi fasilitas elektronik seperti LCD dan Proyektor tidak disediakan oleh pihak sekolah sehingga siswa hanya melaksanakan tugas dari guru akibatnya siswa kurang kreatif dalam menulis puisi. Selain minat siswa, fasilitas, dan metode kurang bervariasi, selama proses pembelajran seluruhnya dilakukan di dalam kelas yang akibatnya bisa membuat jenuh siswa. Padahal di luar kelas masih banyak media yang dapat digunakan sebagai media menulis puisi.
Berdasarkan permasalahan pembeljaran tersebut, solusi penulis yaitu menggukan metode wisata alam untuk pembelajaran penulis puisi. Karena  dalam pembelajaran menulis puisi siwa membutuhkan media yang luas dan bebas, untuk itu metode wisata alam adalah suatu cara pembelajaran yang menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan cara menggunakan unsur yang ada di alam atau lingkungan luar siswa. Penulis mencoba membahasa masalah pengaplikasian metode wisata alam untuk meningkatkan keterampilan menulis puisi baru pada siswa kelas X SMA Al-Fatah Semarang berdasarkan problematika yang dialami.
1.2  Identifikasi Masalah
Keterampilan menulis puisi baru siswa kelas X SMA Al-Fatah Semarang masih rendah. Ada tiga faktor yang mempengaruhi rendahnya keterampilan siswa dalam menulis puisi, yaitu faktor guru, siswa, dan metode (fasilitas). Ketiga permasalahan tersebut peneliti dapatkan ketika melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia ke sekolah.
1)       Faktor Guru
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa rendahnya keterampilan siswa dalam menulis puisi dari faktor guru adalah selama ini guru masih menggunakan metode ceramah dan pemberian tugas dalam pembelajaran menulis puisi. Dalam penyampaiannya kedua metode tersebut masih kurang efektif. Pembelajaran yang dilakukan guru masih bersifat teoretis, meski terkadang menggunakan permainan yang objeknya siswa itu sendiri namun guru tetap saja banyak berceramah. Guru hanya memberikan teori tentang puisi dan memberikan tugas melalui LKS.
2)       Faktor Siswa
Berdasarkan wawancara dengan guru bahasa Indonesia peneliti mengamati dan menyimpulkan bahwa dalam pembelajaran tersebut siswa kurang antusias dan cenderung pasif, hanya guru yang aktif melakukan pembelajaran. Rendahnya keterampilan menulis puisi siswa dikarenakan siswa kurang berminat dan tertarik pada pembelajaran menulis puisi, karena pembelajaran yang dilakukan oleh guru membuat siswa bosan dan jenuh. Siswa merasa kesulitan dalam menulis puisi karena siswa tidak tahu apa yang harus ditulis, akibatnya siswa menyontek puisi yang ada di buku.
3)       Faktor Media (fasilitas)
Berdasarkan penjelasan yang diberikan oleh guru bahasa Indoneisa di sekolah Al-Fatah Semarang mengenai media pembelajaran atau lebih tepatnya fasilitas pendukung pembelajaran masih sangat kurang.pada sekolah tersebut belum tersedia fasilitas LCD dan Proyektor sebagai sarana pendukung pembelajaran untuk menyampaikan materi menggunakan media elektronik. Akibatnya metode yang digunakan oleh guru masih terbatas pada buku penunjang. Dan penyampaian materi masih monoton.
Bedasarkan identifikasi masalah tersebut, untuk itu penulis menggunakan metode wisata alam dalm pembelajaran tersebut sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan keterampilan menulis puisi baru siswa kelas X SMA Al-Fatah. Dengan metode wisata alam diharapkan siswa lebih banyak berperan aktif dalam pembelajaran, guru hanya sebagai fasilitator dan pembimbing dalam pembelajaran tersebut. Dalam metode wisata alam siswa tidak hanya mendapat teori tentang puisi baru melainkan juga dilatih membuat puisi dengan cara pembelajaran di luar kelas, menggunakan alam sebagai objek pembuatan puisi secara langsung.
1.3  Cakupan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut maka cakupan masalah dalam makalah ini adalah permasalahan kuranya motivasi dan rendahnya kemampuan menulis puisi baru siswa kelas X SMA Al-Fatah Semarang yang akan ditingkatkan dengan menggunakan metode wisata alam dalam proses pembelajarannya.
1.4  Rumusan Masalah
Berdasakan identifikasi masalah dan cakupan masalah tersebut maka rumusan masalah dalam makalah ini yaitu bagaimana pengimplikasian metode wisata alam dalam proses pembelajaran guna meningkatkan keterampilan menulis puisi baru siswa kelas X SMA Al-Fatah Semarang.
1.5  Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan dari makalah ini adalah untuk memaparkan pengimplikasian metode wisata alam dalam proses pembelajaran guna meningkatkan keterampilan menulis puisi baru siswa kelas X SMA Al-Fatah Semarang.
1.6  Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari makalah ini meliputi manfaat teoritis dan praktis.
1)        Manfaat Teoritis
Metode ini diharapkan bermanfaat untuk memberikan masukan berupa pengetahuan tentang metode pembelajaran keterampilan menulis puisi melalui metode wisata alam.
2)        Manfaat Praktis
a.       Bagi Guru
Metodeini dapat dijadikan alternatif pemilihan metode dalam pembelajaran menulis puisis.
b.      Bagi Siswa
Melalui metode wisata alam siswa akan lebih mudah menemukan ide atau gagasan dalam menulis puisi baru karena hal tersebut akan muncul ketika siswa tumbuh rasa senang dan antusias. Rasa itu akan muncul ketika siswa biberi kebebasan dalam pengamatan langsung terhadap sesuatu atau alam yang akan dijadikan objek dalam menciptakan karya sastranya khususnya puisi.
c.       Bagi Sekolah
Manfaat bagi sekolah sebagai penyedia fasilitas pembelajaran yaitu dapat digunakan sebagai masukan untuk melengkapi fasilitas yang ada di sekolah guna mendukung proses pembelajaran yang lebih efektif dan efesien.
d.      Bagi Peneliti
Dapat memperkaya wawasan mengenai penggunan metode wisata alam dalam pembelajaran. Dapat pula digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian yang lebih baik lagi atau yang lebih sempurna.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka
Penelitian mengenai pembelajaran menulis puisi sudak banyak dilakukan, antara lain penelitian yang dilakukan oleh Florenta Winda Herlina Pardede (2014), Saiful Bahri (2012), Sri Wahyuni (2009), dan Aat Atijah (2012).
Florenta (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Metode Karya Wisata Terdapat Kemampuan Menulis Puisi Kelas VII SMP Swasta Yapendak Tinjowan, mengemukakan bahwa dengan penerapan Metode Karya Wisata siswa lebih kreatif dan imajinatif dalam menulis puisi. Mereka dituntut untuk mengamati keindahan alam di sekitar pantai kemudian menguraikannya ke dalam puisi mereka dengan memperhatikan aspek-aspek yang menjadi penilaian dalam puisi. Denagan berkaryawisata siswa lebih kreatif dalam menulis puisinya karena mereka belajar langsung dari apa yang mereka lihat. Hal ini mengidentifikasi bahwa pembelajaran menggunakan metode Karya Wisata berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas VII SMA Al-Fatah Semarang.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Saiful (2012) yang berjudul  Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi dengan Metode Kara Wisata Siswa Kelas VII-A MTs Wahid Hasyim Balung-Jember, menyimpulkan bahwa metode karya wisata dapat meningkatkan kemampuan menulis kreatif puisi. Dari hasil kegiatan yang dianalisis, kegiatan studi pendahuluan menunjukkan bahwa siswa yang belum mencapai SKM sebanyak 14 siswa, jumlah siswa yang mencapai SKM sebanyak 6 siswa, dan nilai keseluruhan masih belum mencapai SKM yakni rata-rata 64, 38, sedangkan pada siklus I jumlah siswa yang mencapai skor sebanyal 13 siswa, dan nilai keseluruhannya masih belum mencapai SKM yakni nilai rata-rata kelas 68,09. Oleh sebab itu siswa diberi tindakan dengan menulis puisi dengan mnggunkan metode karya wisata. Metode tersebut berhasil meningkatkan  kemampuan siswa dalam menulis puisi. Dengan demikian metode karya wisata berhasil mengurangi jumlah siswa yang masuk dalam kategori kurang atau di bawah SKM menjadi tuntas yakni 13 siswa.
Wahyuni (2009) dalam skripsinya berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Melalui Teknik Tandur Pada Siswa Kelas VIII SMP Dian Kartika Semarang, menyimpulkan bahwa keterampilan menulis puisi siswa pada siklus I memperoleh skor rata-rata 62 dengan kategori cukup, setelah dilakukan pembelajaran siklus II rata-rata skor tes menulis puisi siswa meningkat sebesar 14,96. Rat-rata skor kelas pada tes siklus ke II mencapai 76,96 dan termasuk dalam kategori baik. Selain itu setelah dilakukan pembelajaran menulis puisi melalui metode kuantum teknik Tandur terjadi perubahan perilaku siswa, dari perilaku negatif ke positif. Perubahan terlihat pada perilaku siswa yang aktif dalam pembelajaran. Siswa tidak malu dan grogi lagi saat bertanya dan mengemukakan pendapat.
Hampir sama dengan penelitiannya Florenta (2014) dan Saiful (2012), penelitian Aat Atijah (2012) yang berjudul Model Pembelajaran Menulis Puisi dengan Menggunakan Teknik Dasar Tadabur Alam pada Siswa Kelas V SDN Cimuncang I Kota Bandung, bedanya dalam penelitiannya Aat menggunakan metode Tadabur Alam yaitu melalui media tulis secara terorganisasi dan sistematik sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Dalam penelitiannya ini disimpulkan bahwa melalui media Tadabur Alam, manfaat yang diperoleh adalah dapat meningkatkan minat, semangat, dan kreatif. Teknik Tadabur Alam dapat menghilangkan rasa jenuh pada belajar siswa dan dapat memilih kata-kata yang dapat dipahami.

2.2 Landasan Teori
1.       Keterampilan Menulis Puisi
Menulis adalah kegiatan mengungkapkan gagasan, pikiran, dan perasaan kepada orang lain secara tertulis. Menulis adalah suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain (Tarigan 1994:3).
Wicaksono (2014:10) mengatakan bahwa menulis merupakan sarana mengembangkan dara pikir atau nalar dengan mengumpulkan fakta, mengembangkannya kemudian menarik kesimpulan. Menulis juga dapat memperjelas sesuatu kepada diri penulis karena gagasan-gagasan yang semula masih berserakan dan tiada runtut di dalam pikiran dapat dituangkan secara runtut dan sistematis. Melalui kegiatan menulis, sebuah gagasan akan dapat dinilai dengan mudah.
Sedangkan pengertian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:219) menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat dengan tulisan. Dengan demikian kegiatan menulis berarti melahirkan apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dikehendaki, yang dituangkan ke dalam bentuk tulisan.
Wiyanto dalam Kholifah (2006:20) menyatakan menulis puisi sebenarnya mengungkapkan gagasan dalam bentuk puisi. Dalam menulis puisi kita harus memilih kata-kata yang tepat, bukan hanya tepat maknanya, melainkan juga harus tepat bunyi-bunyinya dan menggunakan kata-kata itu sedemikian rupa sehingga menimbulkan kesan estetis.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa menulis adalah kegiatan mengungkapkan ide, gagasan, pikiran, dan perasaan dalam bentuk tulisan. Menulis merupakan keterampilan berbahasa unutuk berkomunikasi secara tidak langsung. Sedangkan menulis puisi adalah kegiatan mengungkapkan ide, perasaan, gagasan kedalam bentuk tulisan menggunakan kata-kata sedemikian rupa atau kata-kata yang indah sehingga menimbulkan kesan estetis.
2.       Puisi
Puisi merupakan jenis karya sastra yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Puisi merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, digubah dalam wujud yang paling berkesan. Mengacu pada pendapat tersebut puisi mengungkapkan pemikiran penyair untuk membangkitkan perasaan, merangsang imajinasi pancaindara yang dibuat dalam suasana terindah. Oleh karenanya bahasa dalam puisis lebih didayagunakan untuk memberi efek keindahan (Rachmat Djoko Pradopo 2009:7).
Suminto A. Sayuti Jabrohim (1985:12-13) mengatakan bahwa puisi merupakan hasil kreativitas manusia yang diwujudkan lewat susunan kata yang mempunyai makna. Susunan kata tersebut memiliki pola rima (persajakan) tertentu. Berdasar pendapat tersebut, penyair dalam menciptakan puisi tak lepas dari unsur-unsur yang membangun sebuah puisi.
Sejalan dengan pendapat Herman J Waluyo (1987:25) bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya. Puisi dibangun oleh dua unsur pokok, yakni struktur fisik yang berupa bahasa yang digunakan dan struktur batin atau struktur makna, yakni pikiran dan perasaan yang diungkpakan oleh penyair. Kedua unsur itu merupakan kesatuan yang saling jalin-menjalin secara fungsional.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa puisi adalah karya sastra yang berupa ungkapan perasaan manusia, disunan dengan kata-kata indah dan imajinatif dengan mengkonsentrasikan struktur fisik dan struktur batin.
3.       Struktur puisi
Dalam menciptakan sebuah puisi tidak terlepas dari unsur-unsur pembangun sebuah puisi. Herman J Waluyo (1987:25)  menyatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya.
Struktur fisik puisi terdiri atas diksi, pengimajian, kata konkret, majas, versifikasi, dan tipografi. Sedangkan struktur batin puisi terdiri atas tema, perasaan, nada dan amanat.
a.    Struktur Fisik puisi
v  Diksi
Herman J Waluyo (1987:72 ) mengemukakan bahwa penyair sangat cermat dalam memilih kata-kata karena kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya dan kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu.
v  Pengimajian
Herman J Waluyo (1987:78) menyatakan bahwa pengimajian dapat dibatasi dengan pengertian yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Melalui pengimajian, apa yang digambarkan seolah-olah dapat dilihat(imaji visual), didengar (imaji auditif) dan dirasa(imaji taktil).
v  Kata Konkret
Herman J Waluyo (1987:81) mengungkapkan jika imajinasi pembaca akibat dari pengimajian yang diciptakan penyair, maka kata konkret ini merupakansyarat atau sebab terjadinya pengimajian itu. Dengan kata yang diperkonkret pembaca dapat membayangkan secara jelasperistiwa atau kejadian yang digambarkan oleh penyair.
v  Bahasa Figuratif (Majas)
Herman J Waluyo (1987:83) mengungkapkan bahwa bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna. Kata atau bahasanya bermakna kias atau lambang.
v  Verifikasi
Verifikasi terdiri atas rima, ritma, dan metrum. Marjorie Boulton dalam Herman J Waluyo (1987:90) menyebut rima sebagai phonetic form. Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau orkestrasi. Ritma berhubungan dengan bunyi dan juga berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata,frasa, dan kalimat. Slametmuljan dalam H. J. Waluyo (1987:94) menyatakan bahwa ritma merupakan pertentangan bunyi: tinggi/rendah, panjang/pendek, keras/lemah, yang mengalun dengan teratur dan berulang-ulang sehingga membentuk keindahan. Sedangkan metrum H. J. Waluyo (1987:94) menyatakan bahwa ritma puisi berbeda dengan metrum.metrum merupakan pengulangan tekanan kata yang tetap dan metrum sifatnya statis. Metrum dalam puisi sulit untuk ditentukan.
v  Tata Wajah (Tipografi)
Tipografi diartikan sebagai tataran larik, bait, kalimat, frase, kata, dan bunyi untuk menghasilkan suatu bentuk fisik yang mampu mendukung isi, rasa dan suasana puisi.
b.    Struktur Batin Puisi
v  Tema
Herman J Waluyo (1987:106) menyatakan bahwa tema adalah gagasan pokok atau subjeck-matter yang dikemukakan oleh penyair melalui puisinya. Adri pendapat tersebut dapat diketahui bahwa tema merupakan gagasan pokok yang dikedepankan penyair dalam puisinya. Perasaan–perasaan yang diungkapkan merupakan penggambaran suasana batin. Tema dapat terbagi menjadi bermacam-macam misalnya ketuhanan, cinta, kesetiakawanan, patriotisme, perjuangan, kegagalan hidup, alam, keadilan, kritik sosial, demokrasi, dan lain-lain.
v  Perasaan (feeling)
Herman J Waluyo (1987:121) menyatakan bahwa dalam menciptakan puisi, suasana perasaan penyair ikut diekspresikan dan harus dapat dikhayati oleh pembaca.
Puisi merupakan karya sastra yang paling mewakili ekspresi perasaan penyair. Perasaan penyair (feeling) adalah nuansa batin penyair yang diekspresikan dengan penuh penghayatan sehingga puisi yang diciptakan  penyair terasa hidup, menyentuh rasa haru, dan menggetarkan pembaca. Perasaan yang menjiwai puisi dapat berupa perasaan gembira, sedih, terharu, terasing, tersinggung, patah hati, sombing, tercekam, cemburu, kesepian, takut dan menyesal.
v  Nada dan Suasana
Sikap penyair kepada pembaca  disebut nada puisi. Herman J Waluyo (1987:125)  menyatakan bahwa nada merupakan sikappenyair terhadap pembaca, maka suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu atau akibat psikologis yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca.
v  Amanat (Pesan)
Heman J Waluyo (1987:130) menyatakan bahwa amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya. Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair dapat ditelaah setelah kita memahami tema, rasa, dan nada puisi itu.
4.       Metode Wisata Alam
Roestiyah (1991:85) menyatakan bahwa wisata alam bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajaran dengan melihat kenyataannya. Karena itu dikatakan metode wisata alam atau karya wisata adalah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau objek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari sesuatu yang ada di alam.
Sejalan dengan pendapat Roestiyah, Nana Sudjana (1987:87) mengatakan wisata alam adalah metode mengajar mempunyai arti tersendiri yaitu berarti kunjungan ke luar kelas dalam rangka belajar. Metode ini dilakukan di luar kelas, maka guru harus membimbing dan mengawasi siswanya. Denagn menggunakan metode wisiata alam,diharapkan siswa mampu mengamati objek-objek di sekitar mereka yang kemudian dituangkan ke dalam bentuk tulisan. Tujuan dari metode ini diharapkan siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dari objek yang dilihatnya, dapat turut menghayati tugas milik seseorang, serta dapat bertanya jawab. Mungkin dengan jalan demikian mereka mampu memecahkan persoalan yang dihadapinya dalam pelajaran ataupun pengetahuan umum, Roestiyah (1991:85).
Dari kedua pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa metode wisata alam adalah metode yang dilakukan di luar kelas untuk mempelajari objek tertentu dalam rangka belajar.

2.3 Kerangka Berpikir
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bahasa Indonesia, menulis puisi merupakan salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa kelas X Sekolah Menengah Atas (SMA). Namun keterampilan menulis puisi pada siswa kelas X SMA Al-Fatah Semarang masih rendah.
Penyebab rendahnya keterampilan menulis puisi yaitu siswa merasa kesulitan saat mencari ide dan menuangkan ide ke dalam puisi, hal itu disebabkan kurang antusiasnya minat siswa tehadap puisi. Siswa belum mampu dalam memilih diksi, rima, irama, dan bait. Hal tersebut ternyata berpengaruh kurang baik terhadap siswa yang akhirnya membawanya pada kecurangan seperti menyontek puisi karya orang lain atau menyuruh orang lain untuk membuatkan puisi hanya untuk sekadar menyelesaikan tugas dari guru. Hal ini sebenarnya dapat dihindari dengan cara memilih teknik ataupun metode yang tepat dalam membantu proses pembelajaran, namun pada kenyataannya selama ini guru belum memanfaatkan teknik ataupun metode yang ada dalam pembelajaran karena keterbatasan fasilitas dari pihak sekolah.
Salah satu metode yang dapat dimanfaatkan oleh guru untuk mengurangi masalah tersebut adalah dengan metode wisata alam. Metode wisata alam merupakan pembelajaran yang menyenangkan. Metode ini dapat membantu siswa dalam menemukan ide dan mengungkapkan ide ke dalam bentuk puisi. Dalam hal ini pencarian ide bisa menggunakan berbagai pengalamannya baik itu pengalaman yang baik ataupun buruk selain itu penemuan ide juga dapat diperoleh berdasarkan pengamatan terhadap suatu benda atau peristiwa yang ditemukan oleh siswa kemudian menuangkannya kedalam bentuk puisi.
Dalam pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan metode wisata alam, siswa akan termotivasi sehingga akan membangkitkan keantusiasan siswa untuk menulis puisi, karena dalam metode ini siswa akan ditunjukkan puisi karya penyair terkenal dan juga siswa akan diajak untuk membuat puisi secara bersama-sama dengan memanfaatkan sebuah benda yang sedang diamati. Setelah siswa sudah dapat menciptakan puisi dengan metode wisata alam, siswa akan lebih mudah untuk memahami unsur-unsur yang terkandung dalam puisi. Pembelajaran menulis puisi terutama puisi baru diharapkan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, karena pembelajaran ini akan menempatkan siswa sebagai subjek yang berperan aktif, selain itu juga memberi kebebasan kepada siswa untuk berkreasi dalam mengungkapkan ide, gagasan, dan perasaan dalam kegiatan menulis puisi sehingga dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis puisi baru dengan memperhatikan bait, rima, dan irama.
Jadi dapat disimpulkan kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.














2.4 Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan penelitian ini adalah setelah mencoba menguraikan proses pembelajaran menulis puisi melalui metode wisata alam keterampilan menulis puisi siswa kelas X SMA Al-Fatah Semarang diprediksikan dapat meningkat dan prilaku siswa dalam pembelajaran menulis puisi baru mengalami perubahan positif karena tumbuhnya motivasi dan keantusiasan siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis puisi baru tersebut.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Implementasi Metode Wisata Alam dalam Pembelajaran Menulis Puisi
Penggunaan model, teknik, dan metode yang tepat dalam pembelajaran akan menimbulkan minat dan semangat siswa pada proses pembelajaran. Dengan adanya semangat dan minat, maka dengan sendirinya keantusiasan siswa itu akan muncul. Siswa akan dengan mudah dibentuk untuk bersikap kreatif menulis khususnya menulis puisi, serta dibimbing unutk menulis puisi dengan kaidah-kaidah dan struktur yang baik dan benar.
Pada proses pembelajaran menulis puisi ini, penulis menggunakan metode wisata alam agar dapat membantu siswa mencapai apa yang diinginkan atau tuntutan dari kurikulum yaitu dapat menulis puisi baru dengan memperhatikan bait, rima, dan irama. Sebelum diminta untuk membuat puisi siswa diberi motivasi atau semangat terlebih dahulu bahwa membuat puisi itu mudah tidak seperti apa yang mereka bayangkan. Untuk membangkitkan motivasi kepada siswa dalam pembelajaran puisi adalah dengan cara mengarahkan siswa untuk mengenal tokoh-tokoh terkenal dan sukses karena puisinya, selain itu juga mengenalkan karya-karya yang dihasilkan dan juga memberikan contoh atau mengajak mereka membuat satu puisi secara bersama-sama dengan dilengkapi penyampaian materi yang berkaitan dengan pembelajaran puisi tersebut.
Sebelum siswa menulis puisi, terlebih dahulu diciptakan atau menggali pengalaman umum yang dapat dipahami oleh siswa. Yaitu meyakinkan siswa bahwa menulis puisi merupakan pekerjaan yang tidak sulit. Mereka bisa menggunakan pengalaman yang mereka miliki baik itu pengalaman menyedihkan, mengharukan, menyenangkan, mengecewakan, menakutkan, ataupun pengalaman yang lainnya, baik itu disukai ataupun tidak, pengalaman orang lain ataupun diri sendiri, sebuah benda atau apapun itu. Guru juga mengarahkan siswa untuk mengenal secara umum hal yang berkaitan dengan puisi. Berupa pengertian puisi secara sederhana, menurut para ahli atau bahkan menurut siswa itu sendiri setelah mengetahui beberapa contoh puisi karya tokoh-tokoh terkenal, selain itu juga ada struktur puisi yang meliputi diksi atau pilihan kata, bait, baris, rima, dan irama. Ada juga unsur-unsur puisi yang meliputi unsur fisik dan unsur batin.
Dalam melakukan kegiatan tersebut siswa diajak keluar dari zona nyaman (ruang kelas). Sesekali siswa diajak berkunjung ke suatu tempat seperti musium, taman, pertunjukan budaya, kolam atau yang lebih dekat dengan siswa, yang masih dalam lingkup sekolah atau lingkungan sekitar sekolah. Siswa diajak ke sebuah taman ataupun kolam kemudian siswa mengamati apaun yang ditemukan di sana. Siswa menggali atau menumbuhkan ide dan pengalaman serta pengetahuan melalui apapun yang terdapat dalam lingkungan tersebut. Siswa praktik menulis puisi berdasarkan apa yang diperoleh, diamati, dan yang ingin diungkapkan.
Setelah siswa praktik menulis puisi, kemudian siswa dengan arahan guru mengenal konsep puisi dan menamai bagian-bagian puisi yang telah mereka tulis. Hal ini bertujuan agar siswa dapat lebih mengenal unsur-unsur pembangun puisi yaitu larik, baris, bait, diksi yang dapat memperindah puisi, rima, dan irama. Sehingga nantinya siswa dapat melakukan pembenahan pada puisi yang telah dibuat tentu saja setelah puisi tersebut dikomunikasikan atau dipublikasikan di depan kelas.
Langkah yang terakhir adalah mengkomunikasikan, yaitu dengan cara memberikan kesempatan bagi siswa unutuk menunjukan atau membacakan puisi hasil karyanya. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa mereka mampu menulis puisi, mengenal unsur-unsur puisi serta teknik pembacaan puisi yang telah ditulis. Kemudian memberikan kesempatan pada siswa lain untuk mengutarakan pendapat atau komentar terhadap hasil karya temannya. Memberikan kesempatan siswa untuk membenahi setelah membenahi siswa diberikan kesempatan untuk menunjukkan karyanya dan juga menunjukkan bahwa mereka tahu dan berhasil menulis puisi. Cara terakhir adalah mempublikasikan puisi dengan cara sederhana yaitu dengan menempelkannya di majalah dinding (mading) sekolah agar puisi karya siswa dapat dibaca oleh semua warga sekolah dan karya itu dapat dikenal.
BAB IV
PENUTUP
4.1    Simpulan
Berdasrkan hasil observasi dan pembahasan dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut.
1.                     Dalam proses pembelajaran menulis puisi kelas X SMA Al-Fatah Semarang banyak sekali problematika yang yang dialami mulai dari siwa, guru, hingga fasilitas sekolah yang kurang memadahi. Permasalahan yang timbul dari siswa yaitu kurangnya antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis puisi baru. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu ketidak minatan siswa terhadap pembelajaran puisi, kurangnya motivasi siswa yang mengakibatkan anggapan bahwa menulis puisi itu sulit. Permasalahan dari guru berupa teknik dan model pembelajaran yang digunakan masih monoton (ceramah), penerapan permainan yang kurang mengarah ke keterampilan menulis cerpen. Dan terakhir adalah permasalahan dari sekolah sebagai fasilitator media atau alat penunjang pembelajaran, yaitu kurangnya fasilitas berupa LCD dan Proyektor. Yang mana alat tersebut sangat menunjang proses pembelajaran agar siswa tidak jenuh dan bosan dengan pembelajaran yang monoton.
2.                     Dari berbagai masalah yang ada penulis berusaha memberikan solusi yang terbaik untuk penunjang prosespembelajaran khususnya pembelajaran menulis puisi baru yaitu dengan metode wisata alam. Metode ini lebih menekankan pada proses pembelajaran di luar ruangan dengan tujuan menghindari kejenuhan atau kebosanan siswa dari pembelajaran yang monoton, memotivasi siswa, menanamkan anggapan siswa bahwa menulis puisi itu mudah serta untuk meningkatkan keterampilan menulis puisi siswa kelas X SMA Al-Fatah Semarang.
3.                     Berdasarkan penjelasan mengenai pengaplikasian metode wisata alam pada proses pembelajaran menulis puisi, dapat disimpulkan bahwa dengan metode pembelajaran wisata alam dapat meningkatkan keterampilan menulis puisi siswa kelas X SMA Al-Fatah Seamarang khususnya menulis puisi baru dengan memperhatikan bait, rima, dan irama.
4.2    Saran
Berdasarkan simpulan tersebut, saran yang diberikan yaitu kepada guru Bahasa Indonesia agar lebih kreatif dan bersikap terbuka sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Metode wisata alam dapat dijadikan sebagai salah satu metode pembelajaran dalam menulis puisi. Selain itu saran kepada pihak sekolah supaya fasilitas pembelajaran di ruang kelas seperti media elektronik dapat di sediakan dan dilengkapi. Sehingga proses belajar mengajar menjadi efektif dan efision serta dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa.



DAFTAR PUSTAKA
Atijah, Aat. 2012. Model Pembelajaran Menulis Puisi dengan Menggunakan Teknik Dasar Tadabur Alam pada Siswa Kelas V SDN Cimuncang I Kota Bandung. Skripsi. STKIP Siliwangi Bandung.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Kurikulum Standar Isi 2006:Mata Pelajaran Bhasa Indonesia SD, SMP, SMA, SMK. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.
Bahri, Saiful. 2012. Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi dengan Metode Kara Wisata Siswa Kelas VII-A MTs Wahid Hasyim Balung-Jember. Skripsi. Universitas Negeri Malang.
Jabrohim, Suminto A. Sayuti. 1985. Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Khofiyah, Umi. 2006. Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Berbasis Pengalaman Pribadi melalui Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan pada Siswa Kelas VIII-A SMP Negeri 11 Semarang. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
Pardede, Florenta Winda Herlina. 2014. Pengaruh Metode Karya Wisata Terdapat Kemampuan Menulis Puisi Kelas VII SMP Swasta Yapendak Tinjowan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Poerwadarminta, W. J. S. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Jaya.
Pradopo, Djoko Rachmat. 2009. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Roesiyah dkk. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Tarigan, Henry Guntur. 1994. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Wicaksono, Andri. 2014. Menulis Kreatif Sastra: dan beberapa Model Pembelajarannya. Jakarta: Garudhawacana.
Waluyo, J Herman.1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Penerbit Erlangga: PT Gelora Aksara Pratama.
Wahyuni, Sri. 2009. Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Melalui Teknik Tandur Pada Siswa Kelas VIII SMP Dian Kartika Semarang. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar